Nabi Muhammad senantiasa mendapat ancaman bahkan upaya pembunuhan dari orang-orang kafir yang menentang dakwahnya. Namun demikian, pengikut Muhammad yang sedikit ketika itu senantiasa membela beliau hingga ke medan peperangan. Mereka rela mati demi membela Nabi Muhammad.
Sejarah telah mencatat kejeniusan dan kehebatan Rasulullah sebagai panglima di bidang militer dan strategi perang, yang tak tertandingi oleh Panglima perang manapun, siapapun dan dalam perang apapun, serta pada waktu kapanpun, baik pada masa lalu, sekarang maupun yang akan datang. Dan fakta-fakta menunjukkan bahwa Rasulullah Sang Panglima telah mempelopori dan menerapkan seluruh “Principles Of War” yang hari ini menjadi rujukan setiap Panglima perang dan tentaranya.
Dari peperangan yang banyak itu, yang paling terkenal hingga sekarang adalah Perang Badar, yakni peperangan antara 300 tentara pimpinan Muhammad melawan 700 tentara kafir Mekah (H.G. Wells, The Outline of History, 1949). Kemenangan yang diraih dalam Perang Badar ini--sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an--tidak terlepas dari bantuan dari 3.000 malaikat yang secara khusus diturunkan oleh Allah dari langit untuk membantu tentara pimpinan Muhammad:
Petunjuk Rasulullah SAW dalam berperang
• Rasulullah saw. menganjurkan berperang pada pagi hari, jika beliau tidak berperang di pagi hari, maka beliau menunda peperangan sampai tergelincir matahari dan angin berhembus.
• Beliau memba’iat para sahabatnya dalam perang agar tidak melarikan diri, terkadang beliau membai’atnya supaya bersedia untuk mati, mereka di bai’at untuk berjihad sebagaimana mereka di bai’at karena untuk islam
• Beliau bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam masalah jihad, ketika bertemu musuh dan ketika memilih posisi.
• Beliau berada di belakang untuk memberikan mereka air minum dalam perjalanannya, beliau membantu yang lemah dan berada di belakang orang-orang yang telah letih tunggangannya (unta atau kuda), Rasulullah saw. Adalah orang yang paling sayang dan ramah buat mereka ketika mereka sedang dalam perjalanan.
• Jika beliau hendak berperang maka beliau menggunakan taktik atau strategi, beliau bersabda: “perang adalah (memerlukan) strategi”.
• Rasulullah saw. Selalu Mengutus mata-mata untuk mengabarkan keadaan musuh.
• Jika beliau telah berhadapan dengan musuhnya, maka beliau berhenti dan berdo’a meminta pertolongan kepada Allah Swt. Beliau dan para sahabatnya memperbanyak mengingat Allah Swt. (berdzikir kepada Allah Swt.) dengan mengecilkan suara mereka.
• Rasulullah saw. Memakai peralatan-peralatannya untuk berperang, beliau memakai baju besi, topi baja dan menyandang pedang, beliau juga membawa busur dan anak panah, serta memakai perisai atau tameng.
• Rasulullah saw. Menertibkan para pasukan dan pertempuran, beliau meletakkan setiap sudut atau segi yang sesuai untuknya, dan beliau memimpin peperangan.
• Jika pasukan telah turun (ke medan perang) maka beliau mengumpulkan mereka atas sebagian yang lain dengan sebagian yang lain, sehingga jika seandainya di bentangkan sebuah kain di atas mereka maka akan meliputi mereka.
• Beliau menertibkan barisan-barisan, dan memerintahkan mereka ketika berperang dengan tangan beliau, dan Rasulullah saw. Bersabda: wahai fulan kamu maju, wahai fulan kamu mundur.
• Beliau senang dengan orang yang berperang di bawah bendera kaumnya.
• Terkadang Rasulullah saw. Menyerang musuhnya di waktu malam, terkadang beliau menyerang mereka di waktu siang hari.
• Dan jika beliau bertemu dengan musuh maka beliau berdo’a:
“Allahumma munzilal kitaab, wa majria ssahaab, wahaazimul ahzaab, ihzimhum wanshurnaa ‘alaihim”.
Artinya: “Ya Allah! Yang telah menurunkan al kitab (al Qur’an), dan yang menggerakkan awan, Yang mengalahkan golongan yang bersekutu (musuh), Kalahkanlah mereka dan berilah kami kemenangan atas mereka”.
Terkadang beliau mengatakan: “Golongan itu pasti akan di kalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang di janjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit”. (QS. Al Qamar: 45-46).
Terkadang beliau mengatakan: “ya Allah! Turunkanlah pertolongan-Mu”. Dan beliau membaca: “Ya Allah! Engkau adalah lenganku (pertolongan-Mu yang ku andalkan dalam menghadapi lawanku) Engkau adalah pembelaku, dengan pertolongan-Mu aku berputar-putar, dengan pertolongan-Mu aku menyergap, dan dengan pertolongan-Mu aku menyerang”.
• Dan jika manusia merasa keletihan (dengan perang yang berkecamuk) beliau mengingatkannya agar bertakwa kepada Allah, dan beliau berada paling dekat dengan musuh.
• Dan jika beliau menemui musuhnya, maka beliau memperkenalkan dirinya, dengan mengatakan: “Saya adalah seorang Nabi dan bukan suatu kebohongan, saya cucu Abdul Muttalib”.
• Rasulullah saw. Senang bersikap bangga diri ketika berada di medan perang (untuk membangkitkan semangat prajuritnya).
• Rasulullah saw. Memakai penjaga, dan ketika turun firman Allah Swt.:
“…Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia…”. (QS. Al Maaidah: 67). Beliau keluar kedepan orang-orang dan mengabarkan hal tersebut, dan mengosongkan penjagaan.
• Dan jika Rasulullah saw. Mengutus sariyyah (pasukan) beliau memberinya wasiat agar bertakwa kepada Allah swt. Beliau bersabda: “berjalanlah dengan Nama Allah, dan di jalan Allah, perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah Swt…dan jangan membunuh bayi “.
• Dan beliau melarang untuk membunuh wanita dan anak-anak.
• Dan beliau memerintahkan kepada pimpinan pasukan (yang di utus) agar mendakwahi atau mengajak musuhnya sebelum berperang, dengan menawarkan pilihan yaitu, masuk islam dan berhijrah atau masuk islam tanpa berhijrah, dan mereka seperti orang-orang pedalaman muslim, mereka tidak mempunyai bagian dalam hal ghanimah harta rampasan perang, atau membayar pajak (upeti), dan jika mereka mengabulkannya maka terimalah mereka, dan jika mereka menolak maka mintalah pertolongan kepada Allah Swt. Dan perangilah mereka.
• Terkadang Rasulullah saw. Berperang dengan menggunakan manjanik (alat pelontar batu).
• Rasulullah saw. Melarang dalam peperangan merampas atau merampok dan al mutslah, kata al mutslah ialah: pencemaran nama baik (fitnah) sebelum di bunuh atau setelahnya.
• Rasulullah saw. Melarang membawa al Qur’an ketika hendak bepergian ke daerah musuh.
Perang yang terjadi pada masa Nabi
Muhammad SAW
Perang yang terjadi pada masa
Nabi Muhammad SAW terbagi atas ghazwah (gazwah) dan sariyah
(sariyyah). Ghazwah adalah perang yang dipimpin oleh Nabi SAW,
sedangkan sariyah adalah perang yang dipimpin oleh sahabat atas penunjukan
Nabi SAW. Para ahli sejarah Islam berbeda pendapat tentang jumlah ghazwah
dan sariyah. Ada beberapa ghazwah dan sariyah dalam sejarah Islam, antara lain
sebagai berikut :
A. Ghazwah ( perang yang dipimpin oleh Nabi SAW ) sebagai berikut :
1.
Perang Badar (17 Ramadan 2 H)
Perang Badar terjadi di Lembah
Badar, 125 km selatan Madinah. Perang Badar merupakan puncak pertikaian antara
kaum muslim Madinah dan musyrikin Quraisy Mekah. Peperangan ini disebabkan oleh
tindakan pengusiran dan perampasan harta kaum muslim yang dilakukan oleh
musyrikin Quraisy. Selanjutnya kaum Quraisy terus menerus berupaya
menghancurkan kaum muslim agar perniagaan dan sesembahan mereka terjamin. Dalam
peperangan ini kaum muslim memenangkan pertempuran dengan gemilang. Tiga tokoh
Quraisy yang terlibat dalam Perang Badar adalah Utbah bin Rabi'ah, al-Walid dan
Syaibah. Ketiganya tewas di tangan tokoh muslim seperti Ali bin Abi Thalib.
Ubaidah bin Haris dan Hamzah bin Abdul Muthalib. adapun di pihak muslim Ubaidah
bin Haris meninggal karena terluka.
2.
Perang Uhud (Syakban 3 H)
Perang Uhud terjadi
di Bukit Uhud. Perang Uhud dilatarbelakangi kekalahan kaum Quraisy pada Perang
Badar sehingga timbul keinginan untuk membalas dendam kepada kaum muslim.
Pasukan Quraisy yang dipimpin Khalid bin Walid mendapat bantuan dari kabilah
Saqib, Tihamah, dan Kinanah. Nabi Muhammad SAW segera mengadakan musyawarah
untuk mencari strategi perang yang tepat dalam menghadapi musuh. Kaum Quraisy
akan disongsong di luar Madinah. Akan tetapi, Abdullah bin Ubay membelot dan
membawa 300 orang Yahudi kembali pulang. Dengan membawa 700 orang yang tersisa,
Nabi SAW melanjutkan perjalanan sampai ke Bukit Uhud. Perang Uhud dimulai
dengan perang tanding yang dimenangkan tentara Islam tetapi kemenangan tersebut
digagalkan oleh godaan harta, yakni prajurit Islam sibut memungut harta
rampasan. Pasukan Khalid bin Walid memanfaatkan keadaan ini dan menyerang balik
tentara Islam. Tentara Islam menjadi terjepit dan porak-poranda, sedangkan Nabi
SAW sendiri terkena serangan musuh. Pasukan Quraisy kemudian mengakhiri
pertempuran setelah mengira Nabi SAW terbunuh. Dalam perang ini, Hamzah bin
Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) meninggal terbunuh.
3. Perang
Khandaq (Syawal 5 H)
Lokasi Perang Khandaq adalah di sekitar kota Madinah bagian
utara. Perang ini juga dikenal sebagai Perang Ahzab (Perang Gabungan). Perang
Khandaq melibatkan kabilah Arab dan Yahudi yang tidak senang kepada Nabi
Muhammad SAW. Mereka bekerjasama melawan Nabi SAW. Di samping itu, orang Yahudi
juga mencari dukungan kabilah Gatafan yang terdiri dari Qais Ailan, Bani
Fazara, Asyja', Bani Sulaim, Bani Sa'ad dan Ka'ab bin Asad. Usaha pemimpin
Yahudi, Huyay bin Akhtab, membuahkan hasil. Pasukannya berangkat ke Madinah
untuk menyerang kaum muslim. Berita penyerangan itu didengar oleh Nabi Muhammad
SAW. Kaum muslim segera menyiapkan strategi perang yang tepat untuk menghasapo
pasukan musuh. Salman al-Farisi, sahabat Nabi SAW yang mempunyai banyak
pengalaman tentang seluk beluk perang, mengusulkan untuk membangun sistem
pertahanan parit (Khandaq). Ia menyarankan agar menggali parit di perbatasan
kota Madinah, dengan demikian gerakan pasukman musuh akan terhambat oleh parit
tersebut. Usaha ini ternyata berhasil menghambat pasukan musuh.
4.
Perang Khaibar (7 H)
Lokasi perang ini
adalah di daerah Khaibar. Perang Khaibar merupakan perang untuk menaklukkan
Yahudi. Masyarakat Yahudi Khaibar paling sering mengancam pihak Madinah melalui
persekutuan Quraisy atau Gatafan. Pasukan muslimin yang dipimpin Nabi Muhammad
SAW menyerang benteng pertahanan Yahudi di Khaibar. Pasukan muslim mengepung
dan memutuskan aliran air ke benteng Yahudi. Taktik itu ternyata berhasil dan
akhirnya pasukan muslim memenangkan pertempuran serta menguasai daerah Khaibar.
Pihak Yahudi meminta Nabi SAW untuk tidak mengusir mereka dari Khaibar. Sebagai
imbalannya, mereka berjanji tidak lagi memusuhi Madinah dan menyerahkan hasil
panen kepada kaum muslim.
5. Penaklukan Kota Mekah/Fath al-Makkah (8 H)
Fath al-Makkah
terjadi di sekitar kota Mekah. Latar belakang peristiwa ini adalah adanya
anggapan kaum Quraisy bahwa kekuatan kaum muslim telah hancur akibat kalah
perang di Mu'tah. Kaum Quraisy beranggapan Perjanjian Hudaibiyah (6 H) tidak
penting lagi, maka mereka mengingkarinya dan menyerang Bani Khuza'ah yang
berada dibawa perlindungan kaum muslim. Nabi Muhammad SAW segera memerintahkan
pasukan muslimin untuk menghukum kaum Quraisy. Pasukan muslimin tidak mendapat
perlawanan yang berarti, kecuali dari kaum Quraisy yang dipimpin Ikrimah dan
Safwan. Berhala di kota Mekah dihancurkan dan akhirnya banyak kaum Quraisy
masuk Islam.
6. Perang Hunain ( 8 Safar 8 H)
Perang Hunain berlangsung antara kaum
muslim melawan kaum Quraisy yang terdiri dari Bani Hawazin, Bani Saqif, Bani
Nasr dan Bani Jusyam. Perang ini terjadi di Lembah Hunain, sekitar 70 km dari Mekah.
Perang Hunain merupakan balas dendam kaum Quraisy karena peristiwa Fath
al-Makkah. Pada awalnya pasukan musuh berhasil mengacaubalaukan pasukan Islam
sehingga banyak pasukan Islam yang gugur. Nabi SAW kemudian menyemangati
pasukannya dan memimpin langsung peperangan. Pasukan muslim akhirnya dapat
memenangkan pertempuran tersebut.
7. Perang Ta'if
(8 H)
Pasukan muslim mengejar sisa pasukan Quraisy, yang
melarikan diri dari Hunain, sampai di kota Ta'if. Pasukan Quraisy bersembunyi
dalam benteng kota yang kokoh sehingga pasukan muslimin tidak dapat menembus
benteng. Nabi Muhammad SAW mengubah taktik perangnya dengan memblokade seluruh
wilayah Ta'if. Pasukan muslimin kemudian membakar ladang anggur yang merupakan
sumber daya alam utama penduduk Ta'if. Penduduk Ta'if pada akhirnya menyerah
dan menyatakan bergabung dengan pasukan Islam.
8. Perang Tabuk (9 H)
Lokasi perang ini
adalah kota Tabuk, perbatasan antara Semenanjung Arabia dan Syam (Suriah).
Adanya peristiwa penaklukan kota Mekah membuat seluruh Semenanjung Arabia
berada di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Melihat kenyataan itu,
Heraklius, penguasa Romawi Timur, menyusun pasukan besar untuk menyerang kaum
muslim. Pasukan muslimin kemudian menyiapkan diri dengan menghimpun kekuatan
yang besar karena pada masa itu banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri
untuk berperang bersama Nabi SAW. Pasukan Romawi mundur menarik diri setelah
melihat besarnya jumlah pasukan Islam. Nabi SAW tidak melakukan pengejaran
tetapi berkemah di Tabuk. Di sini Nabi SAW membuat perjanjian dengan penduduk
setempat sehingga daerah perbatasan tersebut dapat dirangkul dalam barisan
Islam.
9. Perang Widan (12 Rabiulawal 2 H)
Perang ini terjadi di
Widan, sebuah desa antara Mekah dan Madinah. Rasulullah SAW memimpin pasukan
muslimin menghadang kafilah Quraisy. Pertempuran fisik tidak terjadi karena
kafilah Quraisy lewat di daerah tersebut. Rasulullah SAW selanjutnya mengadakan
perjanjian kerjasama dengan Bani Damrah yang tinggal di rute perdagangan
kafilah Quraisy di Widan. Kesepakatan tersebut berisi kesanggupan Bani Damrah
untuk membantu kaum muslim apabila dibutuhkan.
B. sariyah (perang yang dipimpin oleh sahabat atas
penunjukan Nabi SAW
1.
Perang
Mu'tah (8 H)
Perang ini terjadi
karena Haris al-Ghassani raja Hirah, menolak penyampaian wahyu dan ajakan masuk
Islam yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Penolakan ini disampaikan dengan cara
membunuh utusan Nabi SAW. Nabi SAW kemudian mengirimkan pasukan perang di bawah
pimpinan Zaid bin Harisah. Perang ini dinamakan Perang Mu'tah karena terjadi di
desa Mu'tah, bagian utara Semenanjung Arabia. Pihak pasukan muslim mendapat
kesulitan menghadapi pasukan al-Ghassani yang dibantu pasukan Kekaisaran
Romawi. Beberapa sahabat gugur dalam pertempuran tersebut, antara lain Zaid bin
Harisah sendiri. Akhirnya Khalid bin Walid mengambil alih komando dan menarik
pasukan muslim kembali ke Madinah. Kemampuan Khalin bin Walid menarik pasukan
muslimin dari kepungan musuh membuat kagum masyarakat wilayah tersebut. Banyak
kabilah Nejd, Sulaim, Asyja', Gatafan, Abs, Zubyan dan Fazara masuk Islam
karena melihat keberhasilan dakwah Islam.
2.
Sariyah
Hamzah bin Abdul Muthalib (Ramadhan 1 H)
Perang ini merupakan
sariyah pertama yang terjadi dalam sejarah Islam. Sariyah ini berlangsung di
dataran rendah al-Bahr, tidak jauh dari kota Madinah. Perang ini melibatkan 30
orang muslimin dan 300 orang Quraisy. Pasukan muslimin dipimpin Hamzah bin
Abdul Muthalib, sedangkan pasukan Quraisy dipimpin Abu Jahal bin Hisyam. Perang
ini tidak menimbulkan korban karena segera dilerai Majdi bin Amr.
3.
Sariyah
Ubaidah bin Haris (Syawal 1 H)
Sariyah ini
berlangsung di al-Abwa', desa antara Mekah dan Madinah. Kaum muslim berjumlah
80 orang, sedangkan kaum Quraisy berjumlah sekiyat 200 orang. Kaum muslim
(semuanya Muhajirin) dipimpin Ubaidah bin Haris, sedangkan kaum Quraisy
dipimpin Abu Sa'ad bin Abi Waqqas sempat melepaskan anak panahnya. Peristiwa
tersebut menandai lepasnya anak panah pertama dalam sejarah perang Islam.
4.
Sariyah
Abdullah bin Jahsy (Rajab 2 H)
Perang ini dipimpin
Abdullah bin Jahsy, sedangkan kaum Quraisy dipimpin Amr bin Hazrami. Perang ini
terjadi di Nakhlah, antara Ta'if dan Mekah. Kaum muslim berhasil membunuh Amr
bin Hazrami dan menahan dua orang Quraisy sebagai tawanan perang. Kaum muslim
juga memperoleh harta rampasan perang dan membawanya ke hadapan Nabi Muhammad
SAW. Nabi SAW menyatakan bahwa beliau tidak pernah menyuruh mereka berperang
karena pada bulan Rajab diharamkan untuk membunuh atau melakukan peperangan.
Peristiwa tersebut kemudian digunakan oleh kaum Quraist untuk memfitnah dengan
mengatakan kaum muslim melanggar bulan suci. Pada saat itu turun firman Allah
SWT surah al-Baqarah (2) ayat 217 yang menjelaskan tentang ketentuan berperang
pada bulan Haram (bulan Rajab)
5.
Sariyah
Qirdah (Jumadilakhir 3 H)
Sariyah Qirdah berlangsung di sumur
Qirdah, suatu tempat di Nejd (Arab Saudi). Kaum muslim berjumlah 100 orang
penunggang kuda, dipimpin oleh Zaid bin Harisah. Sariyah Qirdah bertujuan untuk
menghadang kafilah Quraisy dari Mekah. Perang ini berhasil dimenangkan kaum
muslim dengan menyita harta kaum Quraisy. Harta tersebut kemudian dijadikan
ganimah (harta rampasan perang), yang merupakan ganimah pertama dalam sejarah
perang Islam. Sebagian orang musyrik yang tidak melarikan diri selanjutnya
dibawa ke Madinah dan akhirnya menyatakan diri masuk Islam.
Sariyah ini
berlangsung di Gunung Bani Asad, di sebelah timur Madinah. Nabi Muhammad SAW
memerintahkan kaum muslim untuk menghadang Bani Asad yang berencana untuk
menyerang Madinah. Nabi SAW menganjurkan agar pasukan muslim berjalan pada
malam hari dengan menempuh jalan yang tidak biasa dilalui orang. Pasukan muslim
yang dipimpin Abu Salam al-Makhzum dan terdiri dari 150 orang berhasil
menyergap musuh. Mereka juga mendapatkan ganimah (harta rampasan perang) dari
pihak Bani Asad.
7.
Sariyah Raji (Safar 4 H)
Sariyah ini
berlangsung di Raji', yakni suatu daerah yang terletak di antara Mekah dan
'Asfan dan melibatkan pasukan muslimin melawan pasukan Bani Huzail. Perang ini
dilatarbelakangi oleh rencana pemimpin Bani Huzail, Khalid bin Sufyan bin
Nubaih al-Huzali,untuk menyerang Madinah. Nabi Muhammad SAW memerintahkan
Abdullah bin Unais meneliti kebenaran rencana tersebut. Abdullah kemudian
membunuh Khalid dan melaporkan kejadian itu kepada Nabi Muhammad SAW. Bani
Lihyan, cabang Bani Huzail merencanakan balas dendam atas terbunuhnya Khalid.
Mereka meminta agar Nabi Muhammad SAW mengirimkan beberapa sahabat untuk
memberi pelajaran agama Islam kepada mereka.Nabi Muhammad SAW mengabulkan
permintaan itu dan mengirimkan enam orang sahabat beserta rombongan utusan Bani
Lihyan. Keenam sahabat disergap oleh pasukan Bani Huzail di Raji'. Para sahabat
itu sempat mengadakan perlawanan, namun tiga orang terbunuh dan tiga lainnya
ditawan oleh musuh. Tiga orang sahabat yang ditawan selanjutnya dibawah ke kaum
musyrikin Mekah dan akhirnya dibunuh.
8.
Sariyah
Biru Ma'unah (Safar 4 H)
Sariyah Bi'ru Ma'unah
berlangsung di wilayah timur Madinah antara kaum muslim dan Bani Amir. Nabi
Muhammad SAW mengutus Amir bin Malik (Abu Barra'), seorang pemimpin dari Bani
Amir yang sebelumnya menolak untuk memeluk agama Islam, beserta al-Munzir bin
Amar dari Bani Sa'idah untuk memimpin 40 orang tentara yang terdiri dari para
penghafal Al-Qur'an. Rombingan tersebut berjalan sampai di Bi'ru Ma'unah, yakni
suatu daerah antara Bani Amir dan Bani Salim. Mereka mengirimkan surat kepada
Amir bin Tufail, pemimpin Bani Amir, melalui seorang anggota pasukan yang
bernama Haram bin Malhan. Amir bin Tufail membunuh Haram bin Malhan, sehingga
memicu peperangan antara kedua belah pihak. Kaum muslim mengalami kekalahan
dalam sariyah ini karena semua pasukan gugur, kecualil Ka'b bin Zaid al-Ansari.
Rabi'ah, anak Abu Barra', membunuh Amir bin Tufail dengan sebilah tombak
sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.
9.
Sariyah Ijla' Bani Nadir
Sariyah Ijla' Bani
Nazir merupakan sariyah yang dilakukan sahabat Nabi SAW untuk mengusir Bani
Nadir dari tempat tinggal mereka.Latar belakang tindakan ini adalah niat Bani
Nadir untuk membunuh utusan Nabi Muhammad SAW. Utusan Nabi SAW tersebut ingin
menyelesaikan maslaah pembunuhan yang dilakukan Amr bin Umayyah, kabilah Bani
Amir dan sekutu Bani Nadir, terhadap dua orang muslimin. Tindakan pengusiran
ini semula tidak mendapat tanggapan dari Huyay bin Akhtab, epmimpin Bani Nadir,
tetapi karena diancam akan diserang oleh kaum muslim akhirnya mereka mau pindah
daerahnya. Nabi SAW memberi jaminan keselamatan atas harta benda dan anak-anak
mereka sampai keluar dari Madinah. Sebagian dari Bani Nadir menetap di Khaibar
dan di Syam (Suriah).
10. Sariyah Zi al-Qissah
Sariyah berlangsung
di Zi al-Qissah, sekitar 24 mil dari Madinah, antara kaum muslim dan Bani
Sa'labah. Bani Sa'labah berencana menyerang peternakan kaum muslim di Haifa',
suatu tempat yang jauh dari Madinah. Setelah mengetahui rencana tersebutm
pasukan muslimin segera menyerang Bani Sa'labah dengan mengirim 10 orang yang
dipimpin oleh Muhammad bin Maslamah. Pasukan pertama itu gagal menjalankan
tugas karena mereka dibunuh ketika beristirahat di pinggiran desa. Muhammad bin
Maslamah melaporkan kejadian tersebut kepada Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya
Nabi SAW mengirimkan pasukan kedua di bawah pimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah.
Bani Sa'labah melarikan diri ketika Abu Ubaidah sampai di tempat itu.
11. Sariyah Ka'b bin Umair al-Gifari (8 H)
Latar belakang
sariyah ini adalah penolakan kaum musyrikin di Zat Atlah, suatu tempat di Syam
(Suriah),terhadap ajakan beberapa utusan Nabi Muhammad SAW untuk memeluk agama
Islam. Nabi SAW mengirimkan 15 tentara untuk menyerang mereka. Pertempuran
tersebut berlangsung sengit, dan akhirnya semua pasukan muslim menjadi syuhada,
kecuali Ka'b bin Umair al-Gifari (pemimpin perang) yang dapat menyelamatkan
diri.
Taktik dan strategi peperangan yang digunakan oleh tentara Islam pada
zaman Nabi Muhammad s.a.w.
- Nabi Muhammad s.a.w. menyebarkan Islam selama 23 tahun.
- Tahap awal secara sembunyi, kemudian secara terbuka.
- Selepas Perjanjian Aqabah, usaha sebar Islam semakin cerah yang membawa kepada penghijrahan ke Madinah.
- Pada tahap ini melibatkan peperangan dalam usaha menegakkan Islam daripada diceroboh dan ditindas oleh musuh.
- Antara peperangan yang terkenal ialah Perang Badar, Perang Uhud dan Perang Khandak.
- Kejayaan dalam setiap peperangan disebabkan Baginda menggunakan beberapa taktik dan merancang strategi sebelum peperangan. Taktik tersebut yaitu sebagai berikut :
Taktik Menunggu Musuh :
o
Digunakan oleh nabi Muhammad s.a.w. dalam Perang Badar.
o
Cara, tentera Islam menunggu kedatangan musuh di tengah medan peperangan dan apabila tentera musuh
menghampiri tentera Islam menyerang balas.
Taktik al – Saf :
o
Digunakan dalam Perang Badar.
o
Cara, tentera dibahagikan kepada 2 barisan; barisan pertama di hadapan
bersenjatakan tombak dan perisai manakala barisan kedua bersenjatakan panah dan
perisai dan diketuai oleh pemegang bendera.
o
Tentera Islam hanya berjumlah 313 orang, musuh 3,000 orang.
Taktik Menggali Parit :
o
Digunakan oleh Nabi Muhammad s.a.w. dalam Perang al-Ahzab.
o
Tentera musuh seramai 10,000 orang, tentera Islam seramai 3,000 orang.
o
Parit digali menghalang tentera musuh memasuki kota Madinah.
o
Tentera Islam hanya bertahan di dalam kota.
o
Bantuan angin kencang turut melemahkan pihak musuh.
Taktik Kepungan :
o Digunakan sewaktu
tentera Islam menyerang kota Taif.
o Tentera Islam
mengepung kota ini buat seketika sehingga berjaya memutuskan bekalan makanan.
o Tentera Islam
bertindak melancarkan serangan.
Taktik Membiarkan Musuh Tanpa Dikejar :
o Dilaksanakan oleh Nabi
Muhammad s.a.w.dan diikuti oleh Khulafa’ al-Rasyidin.
o Tentera Islam dilarang
mengejar/memburu tentera musuh yang berundur.
o Alasannya, tentera
Islam hanya bersifat mempertahankan diri daripada serangan dan untuk
membuktikan tentera Islam tidak agresif serta mengelakkan tentera Islam
diperdaya oleh musuh.
Taktik Penyamaran :
o
Digunakan sewaktu Perang Khandak.
o
Nabi menghantar Naim bin Masud untuk bertindak sebagai musuh Islam dan
memecahbelahkan pakatan musyrikin Makkah dan Yahudi.
o
Musuh akhirnya tewas.