Senin, 14 Mei 2012



                Nabi Muhammad senantiasa mendapat ancaman bahkan upaya pembunuhan dari orang-orang kafir yang menentang dakwahnya. Namun demikian, pengikut Muhammad yang sedikit ketika itu senantiasa membela beliau hingga ke medan peperangan. Mereka rela mati demi membela Nabi Muhammad.

                Sejarah telah mencatat kejeniusan dan kehebatan Rasulullah sebagai panglima di bidang militer dan strategi perang, yang tak tertandingi oleh Panglima perang manapun, siapapun dan dalam perang apapun, serta pada waktu kapanpun, baik pada masa lalu, sekarang maupun yang akan datang. Dan fakta-fakta menunjukkan bahwa Rasulullah Sang Panglima telah mempelopori dan menerapkan seluruh “Principles Of War” yang hari ini menjadi rujukan setiap Panglima perang dan tentaranya.

                Dari peperangan yang banyak itu, yang paling terkenal hingga sekarang adalah Perang Badar, yakni peperangan antara 300 tentara pimpinan Muhammad melawan 700 tentara kafir Mekah (H.G. Wells, The Outline of History, 1949). Kemenangan yang diraih dalam Perang Badar ini--sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an--tidak terlepas dari bantuan dari 3.000 malaikat yang secara khusus diturunkan oleh Allah dari langit untuk membantu tentara pimpinan Muhammad:

Petunjuk Rasulullah SAW dalam berperang

• Rasulullah saw. menganjurkan berperang pada pagi hari, jika beliau tidak berperang di pagi hari, maka beliau menunda peperangan sampai tergelincir matahari dan angin berhembus.

• Beliau memba’iat para sahabatnya dalam perang agar tidak melarikan diri, terkadang beliau membai’atnya supaya bersedia untuk mati, mereka di bai’at untuk berjihad sebagaimana mereka di bai’at karena untuk islam

• Beliau bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam masalah jihad, ketika bertemu musuh dan ketika memilih posisi.

• Beliau berada di belakang untuk memberikan mereka air minum dalam perjalanannya, beliau membantu yang lemah dan berada di belakang orang-orang yang telah letih tunggangannya (unta atau kuda), Rasulullah saw. Adalah orang yang paling sayang dan ramah buat mereka ketika mereka sedang dalam perjalanan.

• Jika beliau hendak berperang maka beliau menggunakan taktik atau strategi, beliau bersabda: “perang adalah (memerlukan) strategi”.


• Rasulullah saw. Selalu Mengutus mata-mata untuk mengabarkan keadaan musuh.

• Jika beliau telah berhadapan dengan musuhnya, maka beliau berhenti dan berdo’a meminta pertolongan kepada Allah Swt. Beliau dan para sahabatnya memperbanyak mengingat Allah Swt. (berdzikir kepada Allah Swt.) dengan mengecilkan suara mereka.

• Rasulullah saw. Memakai peralatan-peralatannya untuk berperang, beliau memakai baju besi, topi baja dan menyandang pedang, beliau juga membawa busur dan anak panah, serta memakai perisai atau tameng.

• Rasulullah saw. Menertibkan para pasukan dan pertempuran, beliau meletakkan setiap sudut atau segi yang sesuai untuknya, dan beliau memimpin peperangan.

• Jika pasukan telah turun (ke medan perang) maka beliau mengumpulkan mereka atas sebagian yang lain dengan sebagian yang lain, sehingga jika seandainya di bentangkan sebuah kain di atas mereka maka akan meliputi mereka.

• Beliau menertibkan barisan-barisan, dan memerintahkan mereka ketika berperang dengan tangan beliau, dan Rasulullah saw. Bersabda: wahai fulan kamu maju, wahai fulan kamu mundur.

• Beliau senang dengan orang yang berperang di bawah bendera kaumnya.

• Terkadang Rasulullah saw. Menyerang musuhnya di waktu malam, terkadang beliau menyerang mereka di waktu siang hari.

• Dan jika beliau bertemu dengan musuh maka beliau berdo’a:
“Allahumma munzilal kitaab, wa majria ssahaab, wahaazimul ahzaab, ihzimhum wanshurnaa ‘alaihim”.
Artinya: “Ya Allah! Yang telah menurunkan al kitab (al Qur’an), dan yang menggerakkan awan, Yang mengalahkan golongan yang bersekutu (musuh), Kalahkanlah mereka dan berilah kami kemenangan atas mereka”.
Terkadang beliau mengatakan: “Golongan itu pasti akan di kalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang di janjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit”. (QS. Al Qamar: 45-46).
Terkadang beliau mengatakan: “ya Allah! Turunkanlah pertolongan-Mu”. Dan beliau membaca: “Ya Allah! Engkau adalah lenganku (pertolongan-Mu yang ku andalkan dalam menghadapi lawanku) Engkau adalah pembelaku, dengan pertolongan-Mu aku berputar-putar, dengan pertolongan-Mu aku menyergap, dan dengan pertolongan-Mu aku menyerang”.

• Dan jika manusia merasa keletihan (dengan perang yang berkecamuk) beliau mengingatkannya agar bertakwa kepada Allah, dan beliau berada paling dekat dengan musuh.

• Dan jika beliau menemui musuhnya, maka beliau memperkenalkan dirinya, dengan mengatakan: “Saya adalah seorang Nabi dan bukan suatu kebohongan, saya cucu Abdul Muttalib”.

• Rasulullah saw. Senang bersikap bangga diri ketika berada di medan perang (untuk membangkitkan semangat prajuritnya).

• Rasulullah saw. Memakai penjaga, dan ketika turun firman Allah Swt.:
“…Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia…”. (QS. Al Maaidah: 67). Beliau keluar kedepan orang-orang dan mengabarkan hal tersebut, dan mengosongkan penjagaan.

• Dan jika Rasulullah saw. Mengutus sariyyah (pasukan) beliau memberinya wasiat agar bertakwa kepada Allah swt. Beliau bersabda: “berjalanlah dengan Nama Allah, dan di jalan Allah, perangilah orang-orang yang kafir kepada Allah Swt…dan jangan membunuh bayi “.

• Dan beliau melarang untuk membunuh wanita dan anak-anak.

• Dan beliau memerintahkan kepada pimpinan pasukan (yang di utus) agar mendakwahi atau mengajak musuhnya sebelum berperang, dengan menawarkan pilihan yaitu, masuk islam dan berhijrah atau masuk islam tanpa berhijrah, dan mereka seperti orang-orang pedalaman muslim, mereka tidak mempunyai bagian dalam hal ghanimah harta rampasan perang, atau membayar pajak (upeti), dan jika mereka mengabulkannya maka terimalah mereka, dan jika mereka menolak maka mintalah pertolongan kepada Allah Swt. Dan perangilah mereka.

• Terkadang Rasulullah saw. Berperang dengan menggunakan manjanik (alat pelontar batu).

• Rasulullah saw. Melarang dalam peperangan merampas atau merampok dan al mutslah, kata al mutslah ialah: pencemaran nama baik (fitnah) sebelum di bunuh atau setelahnya.
• Rasulullah saw. Melarang membawa al Qur’an ketika hendak bepergian ke daerah musuh.


Perang yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW
Perang yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW terbagi atas ghazwah (gazwah) dan sariyah (sariyyah). Ghazwah adalah perang yang dipimpin oleh Nabi SAW, sedangkan sariyah adalah perang yang dipimpin oleh sahabat atas penunjukan Nabi SAW. Para ahli sejarah Islam berbeda pendapat tentang jumlah ghazwah dan sariyah. Ada beberapa ghazwah dan sariyah dalam sejarah Islam, antara lain sebagai berikut :
A.      Ghazwah ( perang yang dipimpin oleh Nabi SAW ) sebagai berikut :

1.      Perang Badar (17 Ramadan 2 H)
Perang Badar terjadi di Lembah Badar, 125 km selatan Madinah. Perang Badar merupakan puncak pertikaian antara kaum muslim Madinah dan musyrikin Quraisy Mekah. Peperangan ini disebabkan oleh tindakan pengusiran dan perampasan harta kaum muslim yang dilakukan oleh musyrikin Quraisy. Selanjutnya kaum Quraisy terus menerus berupaya menghancurkan kaum muslim agar perniagaan dan sesembahan mereka terjamin. Dalam peperangan ini kaum muslim memenangkan pertempuran dengan gemilang. Tiga tokoh Quraisy yang terlibat dalam Perang Badar adalah Utbah bin Rabi'ah, al-Walid dan Syaibah. Ketiganya tewas di tangan tokoh muslim seperti Ali bin Abi Thalib. Ubaidah bin Haris dan Hamzah bin Abdul Muthalib. adapun di pihak muslim Ubaidah bin Haris meninggal karena terluka.
2.      Perang Uhud (Syakban 3 H)
Perang Uhud terjadi di Bukit Uhud. Perang Uhud dilatarbelakangi kekalahan kaum Quraisy pada Perang Badar sehingga timbul keinginan untuk membalas dendam kepada kaum muslim. Pasukan Quraisy yang dipimpin Khalid bin Walid mendapat bantuan dari kabilah Saqib, Tihamah, dan Kinanah. Nabi Muhammad SAW segera mengadakan musyawarah untuk mencari strategi perang yang tepat dalam menghadapi musuh. Kaum Quraisy akan disongsong di luar Madinah. Akan tetapi, Abdullah bin Ubay membelot dan membawa 300 orang Yahudi kembali pulang. Dengan membawa 700 orang yang tersisa, Nabi SAW melanjutkan perjalanan sampai ke Bukit Uhud. Perang Uhud dimulai dengan perang tanding yang dimenangkan tentara Islam tetapi kemenangan tersebut digagalkan oleh godaan harta, yakni prajurit Islam sibut memungut harta rampasan. Pasukan Khalid bin Walid memanfaatkan keadaan ini dan menyerang balik tentara Islam. Tentara Islam menjadi terjepit dan porak-poranda, sedangkan Nabi SAW sendiri terkena serangan musuh. Pasukan Quraisy kemudian mengakhiri pertempuran setelah mengira Nabi SAW terbunuh. Dalam perang ini, Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) meninggal terbunuh.
3.      Perang Khandaq (Syawal 5 H)

Lokasi Perang Khandaq adalah di sekitar kota Madinah bagian utara. Perang ini juga dikenal sebagai Perang Ahzab (Perang Gabungan). Perang Khandaq melibatkan kabilah Arab dan Yahudi yang tidak senang kepada Nabi Muhammad SAW. Mereka bekerjasama melawan Nabi SAW. Di samping itu, orang Yahudi juga mencari dukungan kabilah Gatafan yang terdiri dari Qais Ailan, Bani Fazara, Asyja', Bani Sulaim, Bani Sa'ad dan Ka'ab bin Asad. Usaha pemimpin Yahudi, Huyay bin Akhtab, membuahkan hasil. Pasukannya berangkat ke Madinah untuk menyerang kaum muslim. Berita penyerangan itu didengar oleh Nabi Muhammad SAW. Kaum muslim segera menyiapkan strategi perang yang tepat untuk menghasapo pasukan musuh. Salman al-Farisi, sahabat Nabi SAW yang mempunyai banyak pengalaman tentang seluk beluk perang, mengusulkan untuk membangun sistem pertahanan parit (Khandaq). Ia menyarankan agar menggali parit di perbatasan kota Madinah, dengan demikian gerakan pasukman musuh akan terhambat oleh parit tersebut. Usaha ini ternyata berhasil menghambat pasukan musuh.

4.        Perang Khaibar (7 H)
Lokasi perang ini adalah di daerah Khaibar. Perang Khaibar merupakan perang untuk menaklukkan Yahudi. Masyarakat Yahudi Khaibar paling sering mengancam pihak Madinah melalui persekutuan Quraisy atau Gatafan. Pasukan muslimin yang dipimpin Nabi Muhammad SAW menyerang benteng pertahanan Yahudi di Khaibar. Pasukan muslim mengepung dan memutuskan aliran air ke benteng Yahudi. Taktik itu ternyata berhasil dan akhirnya pasukan muslim memenangkan pertempuran serta menguasai daerah Khaibar. Pihak Yahudi meminta Nabi SAW untuk tidak mengusir mereka dari Khaibar. Sebagai imbalannya, mereka berjanji tidak lagi memusuhi Madinah dan menyerahkan hasil panen kepada kaum muslim.

5.      Penaklukan Kota Mekah/Fath al-Makkah (8 H)
Fath al-Makkah terjadi di sekitar kota Mekah. Latar belakang peristiwa ini adalah adanya anggapan kaum Quraisy bahwa kekuatan kaum muslim telah hancur akibat kalah perang di Mu'tah. Kaum Quraisy beranggapan Perjanjian Hudaibiyah (6 H) tidak penting lagi, maka mereka mengingkarinya dan menyerang Bani Khuza'ah yang berada dibawa perlindungan kaum muslim. Nabi Muhammad SAW segera memerintahkan pasukan muslimin untuk menghukum kaum Quraisy. Pasukan muslimin tidak mendapat perlawanan yang berarti, kecuali dari kaum Quraisy yang dipimpin Ikrimah dan Safwan. Berhala di kota Mekah dihancurkan dan akhirnya banyak kaum Quraisy masuk Islam.


6.      Perang Hunain ( 8 Safar 8 H)

         Perang Hunain berlangsung antara kaum muslim melawan kaum Quraisy yang terdiri dari Bani Hawazin, Bani Saqif, Bani Nasr dan Bani Jusyam. Perang ini terjadi di Lembah Hunain, sekitar 70 km dari Mekah. Perang Hunain merupakan balas dendam kaum Quraisy karena peristiwa Fath al-Makkah. Pada awalnya pasukan musuh berhasil mengacaubalaukan pasukan Islam sehingga banyak pasukan Islam yang gugur. Nabi SAW kemudian menyemangati pasukannya dan memimpin langsung peperangan. Pasukan muslim akhirnya dapat memenangkan pertempuran tersebut.

7.      Perang Ta'if (8 H)

Pasukan muslim mengejar sisa pasukan Quraisy, yang melarikan diri dari Hunain, sampai di kota Ta'if. Pasukan Quraisy bersembunyi dalam benteng kota yang kokoh sehingga pasukan muslimin tidak dapat menembus benteng. Nabi Muhammad SAW mengubah taktik perangnya dengan memblokade seluruh wilayah Ta'if. Pasukan muslimin kemudian membakar ladang anggur yang merupakan sumber daya alam utama penduduk Ta'if. Penduduk Ta'if pada akhirnya menyerah dan menyatakan bergabung dengan pasukan Islam.

8.    Perang Tabuk (9 H)
Lokasi perang ini adalah kota Tabuk, perbatasan antara Semenanjung Arabia dan Syam (Suriah). Adanya peristiwa penaklukan kota Mekah membuat seluruh Semenanjung Arabia berada di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Melihat kenyataan itu, Heraklius, penguasa Romawi Timur, menyusun pasukan besar untuk menyerang kaum muslim. Pasukan muslimin kemudian menyiapkan diri dengan menghimpun kekuatan yang besar karena pada masa itu banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri untuk berperang bersama Nabi SAW. Pasukan Romawi mundur menarik diri setelah melihat besarnya jumlah pasukan Islam. Nabi SAW tidak melakukan pengejaran tetapi berkemah di Tabuk. Di sini Nabi SAW membuat perjanjian dengan penduduk setempat sehingga daerah perbatasan tersebut dapat dirangkul dalam barisan Islam.
9.      Perang Widan (12 Rabiulawal 2 H)
Perang ini terjadi di Widan, sebuah desa antara Mekah dan Madinah. Rasulullah SAW memimpin pasukan muslimin menghadang kafilah Quraisy. Pertempuran fisik tidak terjadi karena kafilah Quraisy lewat di daerah tersebut. Rasulullah SAW selanjutnya mengadakan perjanjian kerjasama dengan Bani Damrah yang tinggal di rute perdagangan kafilah Quraisy di Widan. Kesepakatan tersebut berisi kesanggupan Bani Damrah untuk membantu kaum muslim apabila dibutuhkan.

B.      sariyah (perang yang dipimpin oleh sahabat atas penunjukan Nabi SAW

1.       Perang Mu'tah (8 H)
Perang ini terjadi karena Haris al-Ghassani raja Hirah, menolak penyampaian wahyu dan ajakan masuk Islam yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Penolakan ini disampaikan dengan cara membunuh utusan Nabi SAW. Nabi SAW kemudian mengirimkan pasukan perang di bawah pimpinan Zaid bin Harisah. Perang ini dinamakan Perang Mu'tah karena terjadi di desa Mu'tah, bagian utara Semenanjung Arabia. Pihak pasukan muslim mendapat kesulitan menghadapi pasukan al-Ghassani yang dibantu pasukan Kekaisaran Romawi. Beberapa sahabat gugur dalam pertempuran tersebut, antara lain Zaid bin Harisah sendiri. Akhirnya Khalid bin Walid mengambil alih komando dan menarik pasukan muslim kembali ke Madinah. Kemampuan Khalin bin Walid menarik pasukan muslimin dari kepungan musuh membuat kagum masyarakat wilayah tersebut. Banyak kabilah Nejd, Sulaim, Asyja', Gatafan, Abs, Zubyan dan Fazara masuk Islam karena melihat keberhasilan dakwah Islam.

2.       Sariyah Hamzah bin Abdul Muthalib (Ramadhan 1 H)
Perang ini merupakan sariyah pertama yang terjadi dalam sejarah Islam. Sariyah ini berlangsung di dataran rendah al-Bahr, tidak jauh dari kota Madinah. Perang ini melibatkan 30 orang muslimin dan 300 orang Quraisy. Pasukan muslimin dipimpin Hamzah bin Abdul Muthalib, sedangkan pasukan Quraisy dipimpin Abu Jahal bin Hisyam. Perang ini tidak menimbulkan korban karena segera dilerai Majdi bin Amr.
3.       Sariyah Ubaidah bin Haris (Syawal 1 H)
Sariyah ini berlangsung di al-Abwa', desa antara Mekah dan Madinah. Kaum muslim berjumlah 80 orang, sedangkan kaum Quraisy berjumlah sekiyat 200 orang. Kaum muslim (semuanya Muhajirin) dipimpin Ubaidah bin Haris, sedangkan kaum Quraisy dipimpin Abu Sa'ad bin Abi Waqqas sempat melepaskan anak panahnya. Peristiwa tersebut menandai lepasnya anak panah pertama dalam sejarah perang Islam.
4.       Sariyah Abdullah bin Jahsy (Rajab 2 H)
Perang ini dipimpin Abdullah bin Jahsy, sedangkan kaum Quraisy dipimpin Amr bin Hazrami. Perang ini terjadi di Nakhlah, antara Ta'if dan Mekah. Kaum muslim berhasil membunuh Amr bin Hazrami dan menahan dua orang Quraisy sebagai tawanan perang. Kaum muslim juga memperoleh harta rampasan perang dan membawanya ke hadapan Nabi Muhammad SAW. Nabi SAW menyatakan bahwa beliau tidak pernah menyuruh mereka berperang karena pada bulan Rajab diharamkan untuk membunuh atau melakukan peperangan. Peristiwa tersebut kemudian digunakan oleh kaum Quraist untuk memfitnah dengan mengatakan kaum muslim melanggar bulan suci. Pada saat itu turun firman Allah SWT surah al-Baqarah (2) ayat 217 yang menjelaskan tentang ketentuan berperang pada bulan Haram (bulan Rajab)

5.       Sariyah Qirdah (Jumadilakhir 3 H)
Sariyah Qirdah berlangsung di sumur Qirdah, suatu tempat di Nejd (Arab Saudi). Kaum muslim berjumlah 100 orang penunggang kuda, dipimpin oleh Zaid bin Harisah. Sariyah Qirdah bertujuan untuk menghadang kafilah Quraisy dari Mekah. Perang ini berhasil dimenangkan kaum muslim dengan menyita harta kaum Quraisy. Harta tersebut kemudian dijadikan ganimah (harta rampasan perang), yang merupakan ganimah pertama dalam sejarah perang Islam. Sebagian orang musyrik yang tidak melarikan diri selanjutnya dibawa ke Madinah dan akhirnya menyatakan diri masuk Islam.
6.      Sariyah Bani Asad (4 H)
Sariyah ini berlangsung di Gunung Bani Asad, di sebelah timur Madinah. Nabi Muhammad SAW memerintahkan kaum muslim untuk menghadang Bani Asad yang berencana untuk menyerang Madinah. Nabi SAW menganjurkan agar pasukan muslim berjalan pada malam hari dengan menempuh jalan yang tidak biasa dilalui orang. Pasukan muslim yang dipimpin Abu Salam al-Makhzum dan terdiri dari 150 orang berhasil menyergap musuh. Mereka juga mendapatkan ganimah (harta rampasan perang) dari pihak Bani Asad.
7.       Sariyah Raji (Safar 4 H)
Sariyah ini berlangsung di Raji', yakni suatu daerah yang terletak di antara Mekah dan 'Asfan dan melibatkan pasukan muslimin melawan pasukan Bani Huzail. Perang ini dilatarbelakangi oleh rencana pemimpin Bani Huzail, Khalid bin Sufyan bin Nubaih al-Huzali,untuk menyerang Madinah. Nabi Muhammad SAW memerintahkan Abdullah bin Unais meneliti kebenaran rencana tersebut. Abdullah kemudian membunuh Khalid dan melaporkan kejadian itu kepada Nabi Muhammad SAW. Bani Lihyan, cabang Bani Huzail merencanakan balas dendam atas terbunuhnya Khalid. Mereka meminta agar Nabi Muhammad SAW mengirimkan beberapa sahabat untuk memberi pelajaran agama Islam kepada mereka.Nabi Muhammad SAW mengabulkan permintaan itu dan mengirimkan enam orang sahabat beserta rombongan utusan Bani Lihyan. Keenam sahabat disergap oleh pasukan Bani Huzail di Raji'. Para sahabat itu sempat mengadakan perlawanan, namun tiga orang terbunuh dan tiga lainnya ditawan oleh musuh. Tiga orang sahabat yang ditawan selanjutnya dibawah ke kaum musyrikin Mekah dan akhirnya dibunuh.
8.       Sariyah Biru Ma'unah (Safar 4 H)
Sariyah Bi'ru Ma'unah berlangsung di wilayah timur Madinah antara kaum muslim dan Bani Amir. Nabi Muhammad SAW mengutus Amir bin Malik (Abu Barra'), seorang pemimpin dari Bani Amir yang sebelumnya menolak untuk memeluk agama Islam, beserta al-Munzir bin Amar dari Bani Sa'idah untuk memimpin 40 orang tentara yang terdiri dari para penghafal Al-Qur'an. Rombingan tersebut berjalan sampai di Bi'ru Ma'unah, yakni suatu daerah antara Bani Amir dan Bani Salim. Mereka mengirimkan surat kepada Amir bin Tufail, pemimpin Bani Amir, melalui seorang anggota pasukan yang bernama Haram bin Malhan. Amir bin Tufail membunuh Haram bin Malhan, sehingga memicu peperangan antara kedua belah pihak. Kaum muslim mengalami kekalahan dalam sariyah ini karena semua pasukan gugur, kecualil Ka'b bin Zaid al-Ansari. Rabi'ah, anak Abu Barra', membunuh Amir bin Tufail dengan sebilah tombak sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.
9.       Sariyah Ijla' Bani Nadir
Sariyah Ijla' Bani Nazir merupakan sariyah yang dilakukan sahabat Nabi SAW untuk mengusir Bani Nadir dari tempat tinggal mereka.Latar belakang tindakan ini adalah niat Bani Nadir untuk membunuh utusan Nabi Muhammad SAW. Utusan Nabi SAW tersebut ingin menyelesaikan maslaah pembunuhan yang dilakukan Amr bin Umayyah, kabilah Bani Amir dan sekutu Bani Nadir, terhadap dua orang muslimin. Tindakan pengusiran ini semula tidak mendapat tanggapan dari Huyay bin Akhtab, epmimpin Bani Nadir, tetapi karena diancam akan diserang oleh kaum muslim akhirnya mereka mau pindah daerahnya. Nabi SAW memberi jaminan keselamatan atas harta benda dan anak-anak mereka sampai keluar dari Madinah. Sebagian dari Bani Nadir menetap di Khaibar dan di Syam (Suriah).
10.   Sariyah Zi al-Qissah
Sariyah berlangsung di Zi al-Qissah, sekitar 24 mil dari Madinah, antara kaum muslim dan Bani Sa'labah. Bani Sa'labah berencana menyerang peternakan kaum muslim di Haifa', suatu tempat yang jauh dari Madinah. Setelah mengetahui rencana tersebutm pasukan muslimin segera menyerang Bani Sa'labah dengan mengirim 10 orang yang dipimpin oleh Muhammad bin Maslamah. Pasukan pertama itu gagal menjalankan tugas karena mereka dibunuh ketika beristirahat di pinggiran desa. Muhammad bin Maslamah melaporkan kejadian tersebut kepada Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya Nabi SAW mengirimkan pasukan kedua di bawah pimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah. Bani Sa'labah melarikan diri ketika Abu Ubaidah sampai di tempat itu.
11.   Sariyah Ka'b bin Umair al-Gifari (8 H)
Latar belakang sariyah ini adalah penolakan kaum musyrikin di Zat Atlah, suatu tempat di Syam (Suriah),terhadap ajakan beberapa utusan Nabi Muhammad SAW untuk memeluk agama Islam. Nabi SAW mengirimkan 15 tentara untuk menyerang mereka. Pertempuran tersebut berlangsung sengit, dan akhirnya semua pasukan muslim menjadi syuhada, kecuali Ka'b bin Umair al-Gifari (pemimpin perang) yang dapat menyelamatkan diri.


Taktik dan strategi peperangan yang digunakan oleh tentara Islam pada zaman Nabi Muhammad s.a.w.
  • Nabi Muhammad s.a.w. menyebarkan Islam selama 23 tahun.
  • Tahap awal secara sembunyi, kemudian secara terbuka.
  • Selepas Perjanjian Aqabah, usaha sebar Islam semakin cerah yang membawa kepada penghijrahan ke Madinah.
  • Pada tahap ini melibatkan peperangan dalam usaha menegakkan Islam daripada diceroboh dan ditindas oleh musuh.
  • Antara peperangan yang terkenal ialah Perang Badar, Perang Uhud dan Perang Khandak.
  • Kejayaan dalam setiap peperangan disebabkan Baginda menggunakan beberapa taktik dan merancang strategi sebelum peperangan. Taktik tersebut yaitu sebagai berikut :

Taktik Menunggu Musuh :

o    Digunakan oleh nabi Muhammad s.a.w. dalam Perang Badar.
o    Cara, tentera Islam menunggu kedatangan musuh di tengah medan    peperangan dan apabila tentera musuh menghampiri tentera Islam menyerang balas.


Taktik al – Saf :

o    Digunakan dalam Perang Badar.
o    Cara, tentera dibahagikan kepada 2 barisan; barisan pertama di hadapan bersenjatakan tombak dan perisai manakala barisan kedua bersenjatakan panah dan perisai dan diketuai oleh pemegang bendera.
o    Tentera Islam hanya berjumlah 313 orang, musuh 3,000 orang.

Taktik Menggali Parit :

o    Digunakan oleh Nabi Muhammad s.a.w. dalam Perang al-Ahzab.
o    Tentera musuh seramai 10,000 orang, tentera Islam seramai 3,000 orang.
o    Parit digali menghalang tentera musuh memasuki kota Madinah.
o    Tentera Islam hanya bertahan di dalam kota.
o    Bantuan angin kencang turut melemahkan pihak musuh.

Taktik Kepungan :

o    Digunakan sewaktu tentera Islam menyerang kota Taif.
o    Tentera Islam mengepung kota ini buat seketika sehingga berjaya memutuskan bekalan makanan.
o    Tentera Islam bertindak melancarkan serangan.
Taktik Membiarkan Musuh Tanpa Dikejar :
o    Dilaksanakan oleh Nabi Muhammad s.a.w.dan diikuti oleh Khulafa’ al-Rasyidin.
o    Tentera Islam dilarang mengejar/memburu tentera musuh yang berundur.
o    Alasannya, tentera Islam hanya bersifat mempertahankan diri daripada serangan dan untuk membuktikan tentera Islam tidak agresif serta mengelakkan tentera Islam diperdaya oleh musuh.

Taktik Penyamaran :
o    Digunakan sewaktu Perang Khandak.
o    Nabi menghantar Naim bin Masud untuk bertindak sebagai musuh Islam dan memecahbelahkan pakatan musyrikin Makkah dan Yahudi.
o    Musuh akhirnya tewas.